Tuesday, July 26, 2016 -
My Diary
No comments
Ketika Esok Tak Lagi Seperti Kemarin
Malam ini lagu Soledad dari Westlife kembali menemaniku menulis tentang apa yang aku rasa akhir-akhir ini. Mungkin terkesan berlebihan jika aku menuliskannya pada blog ini, tapi bagiku tidak masalah karena memang aku tidak tahu harus ke mana lagi harus mengungkapkannya.
Malam ini, aku pikir semua akan kembali seperti semula. Setelah aku mencoba untuk menerima atas apa yang terjadi. Setelah malam ini aku mencoba untuk memelukmu, menciummu dengan hangat seperti biasanya. Tapi ternyata aku salah. Hati ini masih sakit. Dan aku yakin kamu tidak peduli akan hal ini.
Malam ini, sungguh aku merasa takut. Ya aku benar-benar merasa takut. Aku takut jika setelah ini aku benar-benar tak menganggapmu ada. Atau lebih tepatnya engkau ada tapi bukanlah sebagai orang yang spesial, melainkan sebagai orang lain, meskipun pada kenyataannya kita hidup bersama.
Malam ini, sungguh aku benar-benar merasa hina. Aku merasa tidak lebih baik dari seonggok sampah. Najis, benar-benar hina dan tidak berguna. Satu pertanyaanku, mengapa? Mengapa kamu sedemikian "pintarnya" berbuat seperti itu. Apakah kamu benar-benar tidak berpikir bahwa apa yang kamu lakukan akan berdampak buruk pada dirimu sendiri terlebih pada hubungan ini?
Apakah sama sekali tidak terlintas di pikiranmu bahwa perbuatanmu itu sungguh akan merendahkanmu? Apakah kamu benar-benar tidak berpikir bahwa tujuan akhir dari "si perusak" itu adalah sebuah keinginan rendah yang najis? Dan apakah kamu tidak berpikir bahwa aku akan tersakiti akan hal itu? Sungguh jika kamu benar-benar tidak memikirkan semua itu, aku tidak tahu lagi harus berkata apa. Aku tidak tahu lagi harus menilai kamu seperti apa.
Jika boleh digambarkan, rasanya hati ini seperti di iris. Tidak cuman pedih, tapi sangat-sangat pedih. Terlebih jika teringat akan jawabanmu ketika aku bertanya: "Pin siapa ini?" Dan dengan santai kamu menjawab: "Teman". Sekali lagi dengan santai dan seakan tanpa merasa berdosa sama sekali engkau menambahkan: "Rumahnya di sebelah sana".
Apakah kamu pikir aku sebodoh itu akan percaya? Tidak. Tentunya setelah aku dengan sengaja berpura-pura menjadi dirimu dan membalas semua pesan itu. Bukan bermaksud untuk merendahkanmu, aku hanya ingin tahu sejauh mana hubungan kamu dengannya dan apa tujuan sebenarnya dari dia. Dan benar apa yang aku pikirkan. Ternyata hanya perbuatan rendah.
Di mana harga dirimu? Di mana!!!! Bukankah dulu sudah aku peringatkan, jangan membawa masa lalumu pada hubungan ini. Tapi kenapa dengan sedemikian santainya kamu melanggar kesepakatan itu? Kenapa!!!!
Tapi sudahlah, semua sudah terjadi. Mungkin selama ini aku telah salah menilaimu. Aku pikir aku bisa membuatmu menjadi lebih baik dari sebelumnya. Tapi ternyata aku salah.
Setelah ini, mungkin aku tak akan sama lagi seperti kemarin. Entah itu perasaanku, sikapku, dan perlakuanku padamu. Dan aku minta maaf akan hal itu. Meski sejujurnya aku sangat mengharapkan engkau meminta maaf, tapi tidak usahlah, karena meski engkau meminta maaf dengan sangat pun, tetap tidak akan merubah keputusanku.
Oh ya mungkin ini penegasan dari status facebookmu yang menginginkan pria yang "gentlemen". Aku tegaskan aku bukanlah pria yang "gentlemen". Aku bukanlah sesosok pria dalam anganmu.
Yah aku tidak tahu lagi harus bagaimana. Aku tidak lagi peduli. Kau mau apa itu terserah padamu. Sekali lagi aku tidak peduli.
Tuhan Maha Adil. Dan aku percaya akan hal itu. Terima kasih untuk luka ini.
***
Surabaya, 26 Juli 2016 at 2:16AM
0 comments:
Post a Comment
Untukmu yang ingin berbagi, tuliskan di kolom berikut